Kuliah Luring: deg-deg'an sekaligus Menggembirakan

Selasa, 24 Mei 2022 09:59 WIB   Program Studi Sosiologi

Kuliah Luring: deg-deg'an sekaligus Menggembirakan

    Pandemi Covid-19 telah mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap sistem pendidikan mahasiswa di seluruh Indonesia, termasuk mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang khususnya angkatan 2019. Dimana sistem pendidikan mereka pada saat awal pandemi Covid-19 telah mengalami masa transisi dari perkuliahan tatap muka menjadi daring (dalam jaringan) yang berjalan dengan sangat cepat dan mendadak, maka tak jarang mahasiswa yang mengalami culture shock. Dimana pada masa transisi awal tersebut, mahasiswa Sosiologi angkatan 2019 dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan perkuliahan daring yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Setelah dua tahun lamanya Covid-19 menjadi pandemi di Indonesia, kini grafik positif Covid-19 mulai melandai sehingga pemerintah kian sigap melonggarkan kebijakan ranah pendidikan seperti diberlakukannya kembali perkuliahan tatap muka.

    Dengan adanya kebijakan tersebut, Universitas Muhammadiyah Malang bersicepat membuka gerbang kampus melalui pemberlakuan sistem tatap muka kembali pada pekan Ujian Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022. Hal ini ternyata mampu menggiring munculnya berbagai perspektif mahasiswa Sosiologi angkatan 2019 akan perkuliahan di masa transisi sejauh ini. “Perkuliahan di dua masa transisi sejauh ini cukup meresahkan mahasiswa, dimana pemahaman mereka terhadap materi menjadi kurang karena kita baru belajar beradaptasi untuk menggunakan teknologi dalam ranah pendidikan, namun disaat kita sudah mulai nyaman dengan kuliah di masa transisi awal justru sekarang ini kita dipaksa beradaptasi lagi dengan perkuliahan tatap muka yang sebelumya sempat terhenti,” ungkap Irfan Hakim, salah satu mahasiswa Sosiologi Angkatan 2019.

    Di sisi lain menurut mahasiswi Sosiologi, Oktaviadina Dwi, perkuliahan transisi ini justru membawa kegembiraan tersendiri. Dimana kuliah pada dua masa transisi ini, mahasiswa dapat mendapatkan energi baru untuk memaksimalkan potensi diri. “Dengan hadirnya suasana baru pada sistem perkuliahan, mahasiswa akan mendapatkan semangat baru untuk melakukan berbagai kegiatan yang disukai dan juga berkesempatan untuk menggali potensi diri guna menciptakan suatu prestasi,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Billy salah seorang mahasiswa Sosiologi juga menegaskan bahwa dalam perkuliahan di dua masa transisi ini antara meresahkan dan menggembirakan memiliki presentase yang sama. Perkuliahan di masa transisi dirasa meresahkan karena mahasiswa cenderung bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya, hal ini muncul sebagai akibat dari adanya paksaan bagi mahasiswa untuk melakukan adaptasi secara cepat terhadap sistem perkuliahan berulang kali. Akan tetapi, kuliah di masa seperti ini juga dapat menggiring hadirnya kebahagiaan bagi mahasiswa. Yang mana mahasiswa akan dapat mengembangkan soft skillI mereka dengan sangat baik di luar kampus dan juga mampu mempererat solidaritas antar mahasiswa Sosiologi di masa transisi seperti sekarang ini.

(fes)

Shared: