Meneguhkan Keberpihakan sosiologi dalam Pembangunan Berkelanjutan

Membangun itu lebih mudah ketimbang merawatnya. Pembangunan yang ramah lingkungan tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh komitmen bersama multistakholders agar Pembangunan tak serampangan

Pembangunan berkelanjutan menjadi keniscayaan. Pembangunan tak sakadar membangun dalam aspek ekoomi semata, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan tak bisa dipisahkan. Sehingga nantinya Pembangunan tak hanya mengejar keuntuangan dalam aspek ekononomi tetapi abai dalam pelestarian alam. https://muhammadiyah.or.id/gerakan-revolusi-hijau-oleh-muhammadiyah-pada-lahan-wakaf-produktif/https://muhammadiyah.or.id/gerakan-revolusi-hijau-oleh-muhammadiyah-pada-lahan-wakaf-produktif/

Tanda -tanda Pembangunan yang berorientasi ekononomi an sich mulai mengemuka dan meyeruak ke permukaan. Terbukti ruang -ruang terbuka publik yang sejatinya menjadi ruang terbuka hijau harus luruh dengan kepentingan ekonomi semata dengan dalih PAD. Dus, pembangunan Mall Hotel semakin nyata yang mengancam  kelestarian lingkungan.

Pembangunan yang hanya berorientasi keuntungan tetapi abai terhadap persoalan sosial dan lingkungan, maka sewaktu-waktu akan menjadi bom waktu. Kesehatan terancam, produktifitas dan angka harapan hidup menjadi kompleks.

Secara normative Pembangunan berkelanjutan sudah diatur dalam peraturan presiden No 59 tahun 2017. Tetapi akan mandul dan jauh panggang dari api jika dalam tataran praksis tidak dibarengi dengan  iktikat baik oleh pemerintah propinsi dan kota kabupaten. Dan pada gililarannya menguap bersama ruang dan waktu

Tampaknya pemerintah terlalu renta jika pembangunan dipundakkan terhadap pemerintah saja. Pembangunan yang ramah lingkungan dan inklusif harus melibatkan semua pihak. Gerakan civil society dan pegiat Pembangunan, aktifis mahasiswa, perguruan tinggi bahkan ormas keagamaan harus memiliki satu ritme dan irama agar Pembangunan mau tidak mau harus memiliki spirit keberlanjutan

Untuk memutus mata rantai dosa sosial, intelektual yang berjibaku dengan keilmuan sosial dalam hal ini   https://sosiologi.umm.ac.id/ mengkampanyakan Pembangunan berkelanjutan tidak bisa ditawar. Salah satu ancaman nyata dan mendesak adalah bagaimana kampus sudah tidak menggunakan bahan plastik disetiap momen kegiatan kampus. Hal ini penting dilakukan karena sampah plastik  https://regional.kompas.com/read/2023/01/31/153612978/marak-timbunan-sampah-di-kota-malang-dlh-sebut-akibat-kurang-tps masih menjadi pemandangan sehari-hari setiap ada kegiatan atau menjadi menu sehari-hari

Ada adagium dahsyat yang patut dicontoh oleh kita semua. Satu keteladanan lebih berarti ketimbang seribu ceramah. Tampaknya ini menjadi otokritik bagi kita semua yang seringkali menyampaikan pentingnya pembangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, melestarikan lingkungan sementara kita masih mengkonsumsi dengan menggunakan botol berbahan plastik. bersambung

Abdus Salam, Dosen Sosiologi Pembangunan 

Opini