Tingkatkan Kemampuan Dokumentasi Mahasiswa, Divisi Ilmiah Laboratorium Sosiologi Gelar Workshop Art of Seeing

Senin, 27 Juni 2022 08:00 WIB   Program Studi Sosiologi

      

Saat ini mahasiswa Sosiologi FISIP UMM tengah disibukkan dengan berbagai tugas perkuliahan turun lapang, terlebih pada masa-masa menjelang pekan Ujian Akhir Semester (UAS) seperti sekarang ini. Dalam masa ini, sebuah dokumentasi lapangan tentu sangat berperan sebagai penunjang data hasil observasi mahasiswa. Meski hal tersebut sangatlah penting, namun faktanya masih banyak kesalahan dalam cara pengambilan dokumentasi yang dilakukan oleh mahasiswa seperti pengambilan foto yang cenderung asal. Yang mana dalam hasil fotonya, seringkali belum mampu menunjukkan makna yang terkandung dalam foto itu sendiri. Hal inilah yang kemudian menjadi fokus pembahasan dalam kegiatan workshop art of seeing pada Jum’at (24/6).

Kegiatan workshop ini menghadirkan langsung seorang fotografer profesional yang juga menjadi Dosen di Program Studi Ilmu Komunikasi UMM, Radityo Widiatmojo. Dimana Radityo, sapaan dekat Dosen Ilmu Komunikasi itu mengungkapkan bahwa fotografi dilakukan bukan perihal penguasaan alat, namun fotografi dilakukan seiring dengan apa yang kita lihat. Pada kenyataanya, semua orang tentu bisa melakukan pemotretan, semua orang bisa memiliki karya, namun tidak semua orang bisa menciptakan nilai keindahan dalam karya fotografinya. Dengan demikian, di era fotografi digital seperti sekarang ini aspek yang paling fundamental adalah bagaimana cara kita melihat sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sarana terciptanya suatu keindahan dalam karya fotografi itu sendiri. “Art of seeing merupakan intelektualitas dan emosionalitas anda dalam melihat sebuah karya fotografi, melihat sesuatu dengan emosionalitas, dengan suatu seni akan menjadi unik. Fotografi dalam art of seeing adalah menampilkan kembali apa yang anda lihat dan apa yang anda rasa terhadap karya seni tersebut,” imbuh Radityo.

Agar art of seeing dapat dilakukan dengan maksimal, maka seorang mahasiswa harus melakukan selective expose, yakni memilih apa yang Ia lihat guna menentukan suatu objek fotografi. Ketika seorang mahasiswa telah menentukan objeknya, yang harus dilakukan selanjutnya yakni gestalt, dimana otak mahasiswa cenderung mengelompokkan, menyatukan, dan menyederhanakan apa yang mereka lihat. Sehingga diperlukan adanya pemahaman oleh mahasiswa terkait konsep figure dan ground. Konsep figure, yaitu proses memilih objek sebagai ketertarikan utama mahasiswa, ketika figure telah dipilih maka secara otomatis visual ground (sekelilingnya) secara simultan akan tampil bergantian. Pemahaman atas logika sederhana dari hubungan figure dan ground akan mempermudah mahasiswa dalam membuat sebuah karya yang efektif. Terakhir yang harus diterapkan yakni konsep similarity, dimana ketika mahasiswa melihat dua entitas yang berbeda seolah-olah dapat dijadikan sebagai satu kelompok.

Lebih lanjut, Radityo juga menegaskan bahwa sebenarnya fotografi bukan sekadar bakat, melainkan sebuah skills yang dimiliki oleh seseorang yang harus sering diasah. “Kemampuan art of seeing seseorang dapat meningkat ketika Ia mau terus berlatih,” pungkasnya (24/6). Dengan adanya workshop ini, diharapkan dapat menjembatani mahasiswa guna memunculkan art of seeing mereka dalam melihat realitas sosial sebagai objek penelitian. (fes)

Shared: