Membumikan Paradigma Nusantaraisasi: Membangkitkan Ilmu Sosial Nusantara

Selasa, 14 Mei 2024 22:07 WIB   Program Studi Sosiologi

Selasa (14/05) Program Studi Sosiologi  menggelar Kuliah Tamu Internasional bersama Prof. Mohammad Reevany Bustami, PH.D., yang sebelumnya telah memberikan kuliah di Program Studi Sosiologi pada tahun 2019, dan kembali memberikan kontribusi dalam kuliah tamu internasional di tahun  ini.

Kuliah Tamu Internasional ini mengangkat tema Nusantaraisasi: Membangkitkan Ilmu Sosial Nusantara. Kegiatan ini diadakan di Aula GKB 4 lantai 9 dan dihadiri oleh seluruh mahasiswa Sosiologi angakatan 2020, 2021,2022, dan 2023.

Acara dibuka oleh Najamuddin Khairur Rijal, S.IP., M.Hub.Int. selaku Wakil Dekan I FISIP UMM. Naja sapaan akrabnya menekankan dukungan secara penuh terhadap kegiatan ini. ia berharap agar kegiatan ini dapat memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap Nusantaisasi dalam konteks Ilmu Sosial. 

Kegiatan seminar Internasional ini dipandu langsung oleh Luluk Dwi Kumalasari,  M. Si selalu Ketua Program Studi Sosiologi. Luluk sapaan akrabnya mampu membawa suasana seminar menjadi hidup Pembawaannya yang energik dan humoris menghilangkan rasa kantuk karena seminar ini dilaksanakan dijam -jam rawan ngantuk, tepatnya pukul 14.00-15.30 WIB

Prof. Mohammad Reevany Bustami, Ph.D dari Universiti Sains Malaysia menjadi narasumber tunggal, Dalam paparannya,  ia memberi penjelasan mengenai pentingnya kita sebagai ilmuwan Sosiologi untuk memahami kekuatan Nusantara dan penting untuk mentransformasi ilmu sosial Nusantara berbasis jati diri.

Pentingnya Nusantarisasi agar kita  berhasil melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial, kita akan bisa menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir kita sendiri. Dengan demikian, kita bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya kita untuk lebih baik memahami realitas yang ada dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi, sambil tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah, tuturnya.

Dengan demikian, konsep Nusantarisasi bukan hanya sekadar wacana, tetapi juga merupakan panggilan untuk memperkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, kita dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal, sehingga tetap menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar pungkasnya []

 

Shared: