Euforia UTS Luring Mahasiswa Angkatan Corona

Selasa, 24 Mei 2022 10:27 WIB   Program Studi Sosiologi

Euforia UTS Luring Mahasiswa Angkatan Corona

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) secara luring untuk pertama kalinya sejak pandemi berlangsung dua tahun yang lalu. Ujian yang dilangsungkan sejak Selasa (17/5) ini menumbuhkan kesan-kesan tertentu di benak mahasiswa. Terutama bagi mahasiswa yang belum pernah mengikuti ujian secara luring, dalam hal ini mahasiswa Sosiologi angkatan 2020 dan 2021 akan berbagi perspektifnya terkait pelaksanaan ujian luring.

Selama proses belajar daring diselenggarakan, menatap layar dalam jangka waktu yang lama mendorong mahasiswa sampai pada titik jenuh. Hal ini diakui oleh sejumlah mahasiswa yang meyakini pelaksanaan ujian secara luring mampu menghadirkan keseruan dan keantusiasan. Momen ini menjadi kesempatan mereka untuk bertemu langsung dengan teman-teman yang selama ini hanya terhubung secara virtual. Sebagian mahasiswa masih merasakan kegugupan lantaran pembelajaran sebelumnya masih dilaksanakan secara daring dirasa kurang optimal, sedangkan ujian yang dilakukan secara luring dituntut untuk berusaha secara all out dengan segala peraturan yang lebih ketat.

Perubahan sistem belajar yang terjadi membuat mahasiswa harus melewati tahap adaptasi lagi. Tak jarang mereka menemukan sejumlah kendala dalam mengikuti pembelajaran luring. Liona, mahasiswa Sosiologi angkatan 2021, mengungkapkan inkonsistensi sistem belajar ketika hybrid tak jarang menuntun pada ketidakserasian informasi antara dosen dengan mahasiswa. Ia menambahkan terbiasa kuliah daring membuatnya mendapati fitur bisukan mikrofon dari program telekonferensi video sangat membantu dalam meredam kebisingan yang tak menentu, sebab selama perkuliahan luring berlangsung ia menjumpai sejumlah gangguan yang memecah konsentrasinya seperti bualan yang samar-samar terdengar di kelas. Selain itu, perbedaan pola-pola soal ujian ketika SMA dengan kuliah juga menjadi perhatian mahasiswa, di bangku perkuliahan mahasiswa diberikan ruang untuk mengemukakan pendapat dan pengetahuannya secara lugas melalui butir-butir soal ujian yang berbentuk esai.

Perbedaan kontras dari segi peraturan antara ujian daring dan ujian luring ini dirasakan oleh mahasiswa seperti mencetak Kartu Studi Mahasiswa (KSM) dan tata cara berpakaian yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian. Zidan, mahasiswa asal Purwokerto, menjumpai kekaguman ketika memandang seisi kampus berisikan mahasiswa yang mengenakan kemeja putih dan celana atau rok hitam, "Berasa lagi cari kerjaan"  tuturnya. Selaras dengan Zidan, mahasiswa asal Blitar bernama Febta mengatakan mekanisme pelaksanaan ujian luring dinilai lebih teratur seperti teknik pengumpulan jawaban. Ia juga mengemukakan bahwa kekhawatiran yang dijumpainya ketika mengikuti ujian daring adalah sering terjadi gangguan sinyal ataupun perangkat, ia mengaku tak jarang ketika pengerjaan ujian berlangsung mendapatkan distraksi dari teman yang menghubunginya untuk menanyakan perihal ujian.

Selama menjalani minggu ujian mahasiswa memiliki mekanisme kopingnya sendiri dalam mengatasi kegelisahan hingga stres dari tekanan ujian. Mengisi perut dengan makanan lezat, berselancar di media sosial, bermain gim, mengunjungi toko kopi, hingga mengeksplorasi kota Malang menjadi pilihan untuk mencari hiburan di tengah masa ujian Beberapa mahasiswa lain mendapati persiapan diri untuk ujian adalah terpenting untuk menghalau stres. Misalnya mengerjakan tugas atau ujian take home lebih awal dari tenggat waktu pengumpulan, mengulas materi perkuliahan secara rutin, menyimak penyampaian materi oleh dosen di kelas, mempelajari literatur penunjang sesuai Rencana Pembelajaran Semester (RPS), melakukan diskusi dengan teman, dan memahami gaya belajar sendiri. Arin, mahasiswa asal Cianjur, mengungkapkan pola belajarnya yang sudah melekat sejak mengikuti pendidikan di pesantren dulu, "Tiap abis subuh minimal ngebaca materi yang aku tulis misalkan dari beberapa jurnal". Ia turut mengutarakan perspektif terkait UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Fest yang turut diadakan di tengah-tengah UTS maupun UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) untuk menghibur. Setiap UKM akan mengunggah kegiatannya di media sosial, ia mendapati kecakapan UMM dalam memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan kampus.

Selepas mengikuti ujian secara luring, mahasiswa mengutarakan harapannya untuk studi mendatang. Harapan itu di antaranya mendapatkan nilai ujian yang meningkat atau setidaknya stabil, ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dapat bermanfaat, dan tidak hanya aktif secara akademik namun juga non-akademik. Shiva berpendapat bahwa tidak bisa hanya mengandalkan file materi yang diberikan dosen saja namun juga harus diimbangi mencari informasi penunjang, membuat catatan dengan bahasa yang dimengerti diri sendiri, dan menyoroti poin-poin yang disampaikan dosen. Mahasiswa asal Banyuwangi ini berharap dosen yang selama ini hanya membagikan file materi mata kuliah tanpa menghadirkan diri di kelas untuk bisa menyempatkan waktunya berdiskusi dan memperjelas materi mata kuliah  setidaknya 30 menit di kelas.

Sejauh apa kesiapan mereka atas perkuliahan yang akan dilakukan secara luring sehabis ujian? "Siap banget! Karena memang serunya kuliah di sini; ketemu temen, bisa ngobrol bareng temen, nugasnya juga bareng. Bahkan juga seneng banget bisa ngerasain perpusnya UMM, kemarin ngerasain acaranya DIMPA (Divisi Mahasiswa Pecinta Alam) bisa berenang tuh di danaunya UMM", ujar Izzah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Sosiologi UMM. Ia menambahkan euforia yang ia dapatkan ketika mengunjungi laboratorium Sosiologi UMM. "Kalau seandainya enggak ada luring juga pasti enggak bisa ngerasain hal-hal kayak gini". Secara keseluruhan, mahasiswa Sosiologi ini berpendapat lebih menyenangi sistem belajar secara luring.

(pur)

Shared: