Dilema Copot Masker di Kalangan Mahasiswa

Senin, 06 Juni 2022 01:44 WIB   Program Studi Sosiologi

Dilema Copot Masker di Kalangan Mahasiswa

Saat ini Indonesia tengah berada pada masa transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi. Senada dengan yang diungkapkan oleh Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (10/5). Menurut Prof. Wiku, Indonesia sudah tidak lagi berada dalam kondisi darurat pandemi Covid-19 dan mulai transisi menuju fase endemi. Saat ini masyarakat mulai di dorong untuk berdamai dengan Covid-19 melalui kebijakan baru terkait pelonggaran pemakaian masker di area publik, sebagaimana yang telah dikemukakan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers pekan lalu (17/5). Dengan demikian, pemerintah kini telah memutuskan bahwa masyarakat yang sedang melakukan aktivitas di area publik diperbolehkan untuk  tidak lagi menggunakan masker.

Kebijakan ini disambut dengan beragam perspektif dari mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Seperti halnya Oktaviadina Dwi Geminastiti, mahasiswa Sosiologi angkatan 2019 yang menyebutkan bahwa kebijakan pelonggaran masker tersebut dinilai terlalu dini. Mengingat situasi dan kondisi pasca pandemi Covid-19 yang sebenarnya belum pulih 100%. Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) sendiri pun masih belum mengampanyekan pelonggaran pemakaian masker pada masyarakat dunia dan sampai detik ini belum mencabut status pandemi dari global. Negara-negara seperti Tiongkok bahkan Korea Utara justru baru memulai lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Jadi bisa disimpulkan jika kebijakan pemerintah mengenai pelonggaran pemakaian masker perlu dilakukan pengkajian ulang. Masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatannya di tengah masa transisi ini. “Sehingga upaya yang perlu kita lakukan ialah tetap mawas diri dengan selalu menggunakan masker terutama di area publik,” pungkasnya (04/6).

Lain halnya dengan Arinda Maulidya Zulva yang justru menyambut kebijakan tersebut dengan gembira. Arin, sapaan akrab mahasiswi Sosiologi angkatan 2021 itu mengaku tidak merasa keberatan dengan kebijakan pelonggaran pemakaian masker. Selama ini Ia merasa enjoy dengan arahan yang disampaikan pemerintah. Bahkan, pemakaian masker sejauh ini tidak lagi dinilai sebagai alat proteksi diri, melainkan dapat dijadikan sebagai item pendukung outfit kesehariannya. “Selama ini saya pakai masker sesuai suasana hati, kalau lagi mood ya pakai masker, kalau tidak mood ya lepas masker,” imbuh Arin. Baginya, masker merupakan bagian dari fashion dan ketika menggunakan masker harus terlebih dahulu di padu-padankan dengan outfit yang akan dipakai saat itu guna mendongkrak kepercayaan diri. Sehingga tak jarang jenis masker yang akan digunakan harus matching dengan outfit-nya. “Jika tidak matching dengan bajunya berarti tidak perlu pakai masker,” ungkap Arin. Semakin matching masker yang dipakai dengan outfit-nya tentu akan menambah rasa percaya diri, karena masyarakat saat ini cenderung menilai strata sosial tiap individu melalui jenis masker apa yang dikenakan.

Beragam respon dan pandangan di antara kedua mahasiswa tersebut dalam menanggapi kebijakan pelonggaran pemakaian masker tentu tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan adalah hasil dari pemaknaan akan fungsi “masker” itu sendiri oleh setiap individu yang berbeda.  Tokoh sosiologi bernama George Herbert Mead menyebutkan bahwa seseorang bertindak berdasarkan makna simbolis yang muncul dalam situasi tertentu. Masyarakat telah familiar dengan istilah 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan), yang dimana istilah itu tanpa disadari merupakan makna simbolis yang muncul sejak pandemi Covid-19 dan dapat mempengaruhi pemikiran seorang individu untuk selalu mawas diri terhadap kemungkinan munculnya varian virus baru. Di sisi lain, pemaknaan fungsi masker diartikan sebagai tolak ukur strata sosial seorang individu yang juga merupakan hasil konstruksi sosial dari nilai-nilai yang ada pada diri individu itu sendiri, akibat adanya modernisasi dalam kehidupan masyarakat. -(fes)

Shared: